Jumat, 01 April 2011

Opini: Berwirausaha, Solusi Mengatasi Pengangguran

Berwirausaha, Solusi Mengatasi Pengangguran
Oleh RAJIT HANDY VALIANT
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Yogyakarta, penggiat bisnis butik di Yogyakarta

Laju kemiskinan di Indonesia terus meningkat. “Ukuran pendapatan 1 dollar AS per hari per orang itu untuk kemiskinan absolut,” kata Ketua Institute for Ecosoc Rights Sri Palupi (Kompas, 17/9). Kenyataan itu tak pantas disandang mengingat sumber daya alam negeri yang melimpah. Orientasi mencari kerja bermental buruh, turut memperparah kondisi yang berujung pada keharusan untuk meninggalkan keluarga ke kota-kota besar demi menghidupi keluarga. Sudah habiskah lapangan kerja di daerah?

Benedict T. Casnocha, seorang wirausahawan muda asal Amerika, mulai menciptakan lapangan kerja sendiri sejak berusia 12 tahun. Pria yang kini berusia 22 tahun itu menjadi pembicara kewirausahaan di berbagai universitas dan organisasi di lebih dari 25 negara di dunia. Ben, nama sapaan akrabnya, dalam ceramahnya di Public Discussion on “Youth Entrepreneurship and Small Business”, menjelaskan bahwa wirausahawan belum tentu orang yang sudah memiliki bisnis, tetapi baru berpikir wirausaha (entrepreneurship) saja sudah menjadi wirausahawan. Dan salah satu cara untuk mengubah dunia adalah dengan berwirausaha.

Pernyataan Ben menombak pola pikir masyarakat Indonesia yang sebagian besar berorientasi menjadi buruh atau karyawan. Karena orientasi yang salah kaprah itulah menyebabkan migrasi besar-besaran dari daerah ke kota-kota besar, yang berdampak meledaknya jumlah pengangguran. Daerah yang semestinya bisa dijadikan lahan usaha prospektif akhirnya terbengkalai. Dari sini bisa disimpulkan bahwa tidak ada keterbatasan lapangan pekerjaan di daerah jika bisa menanamkan wirausaha.

Ada dua sisi positif jika wirausaha dijadikan “senjata” sebagai solusi terkait lapangan kerja di daerah. Pertama, wirausaha mencetak seorang yang mandiri sebagai pemberi gaji, bukan penerima gaji, sehingga menjadi pribadi yang tidak bergantung pada orang lain. Pasalnya, ketergantungan akan menjadi petaka tatkala perusahaan tempat bekerja gulung tikar. Misalnya saja ribuan buruh yang terkena PHK lantaran perusahaan tidak mampu lagi membayar gaji.

Kedua, wirausaha menyerap tanaga kerja untuk mengentaskan pengangguran disekitarnya. Jika tenaga kerja yang diserap juga berorientasi wirausaha (entrepreneurhip oriented) dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, penulis bisa membayangkan terbentuknya “pohon” wirausaha yang bercabang beserta ranting-rantingnya yang terus mengalami regenerasi. Dengan demikian, program pengentasan pengangguran dan kemiskinan terlaksana secara otomatis dan akan menghadirkan pemerataan kesejahteraan di daerah.

Berwirausaha tak selalu identik dengan modal besar. Karena wirausaha bisa dimulai dengan bisnis kecil-kecilan (small business). Lantas jika sama sekali tak punya modal? Ada banyak jalan menuju Roma, antara lain dengan pinjaman modal dari institusi yang kredibel atau dengan cara investasi dari orang lain. Demikian kata Ben Casnocha saat menjawab pertanyaan audiens dalam forum diskusi kewirausahaannya.

Negeri ini akan selalu dihantui oleh pengangguran yang kian membludak dan sempitnya lapangan pekerjaan, jika masih berkutat pada semboyan lama,“lulus kuliah mencari kerja”, yang seharusnya lulus kuliah menciptakan lapangan kerja. Tanamkan entrepreneurship!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar