Jumat, 01 April 2011

Pemerintah Canangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional

Pemerintah Canangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional

JAKARTA, BUSINESS TIMES - Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM gelar acara Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) di Gedung SMESCO UKM, Rabu (2/2). Hadir dalam acara tersebut Presiden Susilo bambang Yudhoyono dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB). Dalam sambutannya di hadapan para menteri KIB dan 2000 peserta, Presiden merasa senang dengan program pencanangan gerakan kewirausahaan nasional.

Program ini sebagai tanda dimulainya gerakan untuk melahirkan wirausahawan baru. Saat ini jumlah wirausahawan di Indonesia baru sebanyak 0,24 persen dari total populasi penduduk, padahal untuk dapat dikatakan sebagai negara maju diperlukan setidaknya 2 persen jumlah wirausaha dari seluruh jumlah penduduk. Menurut Deputi Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Agus Muharam, proporsi wirausaha Indonesia 2009 baru 0,24 persen dari jumlah penduduk, atau sekitar 500.000 orang.

Jumlah wirausaha di Indonesia itu relatif kecil bila dibandingkan dengan Singapura. Jumlah wirausaha di Singapura mencapai 7,2 persen dari jumlah penduduknya. Malaysia mencapai 2,1 persen, Thailand 4,1 persen, Korea Selatan 4 persen, dan Amerika Serikat 11,5 persen. Menurut sosiolog kenamaan, untuk membangun ekonomi bangsa agar menjadi negara maju, Indonesia membutuhkan sekitar 4,8 juta wirausaha dari total seluruh penduduk.

Oleh karena itu, gerakan ini diharapkan pemerintah agar mampu mengejar pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Presiden mengungkapkan bahwa diperlukan kesejahteraan masyarakat, dengan demikian pengangguran akan menurun.

“Kita akan membawa rakyat Indonesia ke arah negara the best on new economic melalui kewirausahaan,” kata Presiden tegas. Dalam acara ini, pemerintah juga menggelar ekspo kewirausahaan dan memberi penghargaan kepada tokoh perbankan, wirausaha muda sukses, koperasi, dan kepala daerah penggerak kewirausahaan, sebagai apresiasi pemerintah kepada mereka yang berprestasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui wirausaha.

Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM Syariffudin Hasan mengatakan, untuk mengembangkan wirausaha nasional, pemerintah membuat berbagai program diantaranya adalah program wirasuaha sarjana, program pelatihan kewirausahaan, program perkuatan pelaku usaha dan UKM, program Kredit Usaha Rakyat (KUR), PNPM Mandiri dan program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL).

Untuk program kewirausahaan, Menkop juga mentargetkan, 60 persen para wirausaha mampu mendirikan UKM dan 30 proses persiapan. Untuk mendukung perkuatan permodalan, pemerintah telah menyiapkan Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir (LPDB), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan perkuatan dana  lainnya.

“Seluruh Kementerian bersinergi dengan BUMN, perbankan, organisasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan eksistensi GKN,” ujar Syariffudin Hasan. Diharapkan, dalam empat tahun ke depan GKN mampu menciptakan 500 ribu wirausahawan baru yang nantinya ikut serta dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat Indonesia. (KAT/KRS/JAY/MDH)

Bisnis Menjanjikan Bersama Alam

Bisnis Menjanjikan Bersama Alam

Belakangan, masyarakat mulai melirik wisata alam pedesaan sebagai alternatif mengisi liburan sebagai pelipur penat oleh hiruk pikuk perkotaan yang penuh polusi. Wisata alam pedesaan dipilih karena dianggap lebih ampuh menyegarkan pikiran, sehingga dapat merasakan hijaunya suasana alam. Selain itu, banyak mereka yang memanfaatkan wisata alam sebagai mesin inspirasi untuk mengembangkan bisnis.

Untuk menggaet wisatawan, mutlak adanya fasilitas pendukung sebagai sarana kenyamanan dan ciri khas tempat wisata. Oleh sebab itu, desain fasilitas yang disediakan menuntut relevansi citra yang diinginkan pengelola. Wisata alam di desa Gonoharjo, kecamatan Limbangan, Kendal, misalnya. Wisata ini menawarkan pelbagai fasilitas, sebagai kiat menarik perhatian pengunjung, sebut saja pemandian air panas, kolam renang air pegunungan, taman bermain anak-anak, kafetaria dengan lokasi di atas air yang didesain rumah adat jawa, bumi perkemahan (camping ground), out bound, kebun binatang mini, tanaman bunga (intan nursery), kolam pancing, gasebo, vila desain rumah adat beberapa kota seperti Pati, Demak, Lombok, Minahasa dan sebagainya, beserta tempat ibadah.

Selain di Limut, wisata alam yang tak kalah populer adalah Umbul Sidomukti, obyek wisata yang bertempat di Desa Sidomukti, Bandungan, Kabupaten Semarang itu, menawarkan fasilitas menarik seperti  kolam renang alam yang disebut-sebut tertinggi se Indonesia bahkan se Asia. Untuk menciptakan suasana nyaman, dinding kolam renang dibuat dengan tumpukan batu alam. ”Dinding kolam ini disusun dari tumpukan batu alam. Ini menjadikan penampilannya lebih unik, natural dan terasa akrab bagi pengunjung,” jelas Manajer Lapangan PT Panorama Agro Sidomukti Bambang Wijanarko.

Obyek yang dibangun 2 Agustus 2007 itu, menawarkan permainan menantang seperti flying fox yang dibangun antara lembah sepanjang 110 meter dan 60 meter dengan ketinggian 70 meter dan kedalaman lembah lebih dari 70 meter. Jembatan tali (marine bridge) sepanjang 60 meter yang memacu adrenalin juga dapat menggaet pengunjung sebagai sasaran bisnis yang menggiurkan. “Yang menjadi garis bawah adalah makin nyaman fasilitas memanjakan pengunjung, makin lancar bisnis apa pun yang ditekuni,” kata direktur Entrepreneur University Semarang Bambang Trihono.

Tim Kreatif Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dispartabud) Kabupaten Semarang Yossiadie BS, memuji inovasi PT PAS mengelola wisata alam tersebut. ”Kuncinya adalah profesional. Saya sepakat swastanisasi wisata berpotensi, agar dunia pariwisata di kabupaten ini cepat maju,” tegas Yossiadie, penggerak One Day Tour di kabupaten tersebut. Ia juga berharap pemerintah di Kabupaten Semarang bisa kompak mencintai pariwisata yang menjadi salah satu sektor andalan setempat.

Sebidang tanah beserta alam sekitar pun bisa menjadi peluang bisnis menggiurkan apabila ada kemauan. Hanya saja butuh ide (ideas), kreatifitas (creativity), dan keberanian (bravery). (WRD)

Inspirasiana: Cara Gila Memanfaatkan Hutang

Cara Gila Memanfaatkan Hutang

Hutang itu mulia. Demikian jargon Miming Phang, pengusaha dan milyarder, pemilik (owner) indoprint Bandung, yang sukses besar karena pengalaman hutangnya. Hutang tak lagi menjadi momok yang harus dihindari, tetapi justru menjadi solusi dari problem bisnis yang dihadapi.

“Hutang pertama kali saya kepada Bank senilai seratus juta,” kata Miming dalam Seminar Rahasia Bisnis dengan Hutang di hotel Horison, Semarang, Rabu (12/1). Miming mengatakan, tutuplah hutang dengan hutang yang lebih besar lagi, tutup lagi hutang dengan hutang yang jauh lebih besar lagi, demikian seterusnya. “Hutang kedua saya senilai Rp 250 juta, padahal saya tidak punya apa-apa,” lanjut Miming. Lalu bagaimana cara mengembalikannya?

Mulanya, Miming dilarang melanjutkan kuliah oleh orangtuanya lantaran kendala biaya. Keadaan demikian membuat Miming mengurungkan niatnya melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Garis hidup menentukan Miming untuk bekerja sebagai salesman. Selanjutnya, pertemuan dengan temannya membuat dirinya membeli ruko yang dimiliki temannya senilai Rp 120 juta dengan cara kredit Rp 2,3 juta per bulan. Nasib kembali tak berpihak kepada Miming, ruko begitu sepi tanpa pembeli karena memang tempatnya tidak strategis.

Penghasilan ruko senilai Rp 300 ribu per bulan amatlah mustahil untuk membayar angsuran rukon tiap bulan. Sebagai pengusaha yang gagal, Miming putus asa dan merasa bahwa ia harus memendam dalam-dalam niatnya untuk menjadi seorang pengusaha dan kembali menjadi salesman.

Pengusaha hanya membuat pusing dan tidak bisa tidur nyenyak berbulan-bulan, tiap hari dihantui angsuran yang amat besar, demikian perasaan Miming. Namun bermula dari keadaan demikian, justru membuat ia menjadi seorang milyarder.

Pertama, Miming memecahkan masalah dengan membicarakannya kepada oranglain. Walhasil, ia mendapat solusi agar membayar seluruh angsuran ruko dengan cara hutang di Bank lainnya dengan jaminan surat ruko. Sisa uang hutang yang dipakai melunasi angsuran dipakai untuk membeli mesin cetak senilai Rp 40 juta sebagai aset bisnis percetakan. Lantaran rukonya sulit dijangkau orang, hal wajib yang ia lakukan adalah memasang pamflet sebagai promosi.

Kedua, perputaran uang terus dipakai untuk berbisnis hingga menghasilkan beberapa mesin cetak. Hutang berkembang hingga senilai Rp 250 juta bersamaan dengan bisnisnya yang kian berkembang pesat. “Fokus pada bisnis anda, jangan fokus pada hutang anda,” jelas Miming tegas.

Ketiga, jika usaha lancar, investasikan uang anda dalam bentuk rumah atau emas yang dalam perjalanan waktu nominalnya makin bertambah. Dengan demikian, apabila bisnis tersandung risiko, rumah atau uang bisa jadi sebuah solusi. Bukan berarti rumah tempat tinggal yang dijadikan investasi.

Selanjutnya, aset kian melejit, hutang bisa diatasi dengan perputaran bisnis.
Akhirnya dengan modal hutang cara gila Miming, ia menjadi milyarder dengan kekayaan total Rp 4 milyar, pada waktu itu. Tentu sudah menjadi rahasia umum apabila kerja keras menjadi harga mati suksesnya para pengusaha.

Dalam berbisnis, ada siklus tindakan (action), lalu dalam tindakan bisnis pasti ada problem-problem penghalang bisnis. Sehingga perlu adanya evaluasi yang berbuah pada solusi. Demikian siklus bisnis yang diterapkan Miming. “Yang terpenting, fokuslah pada bisnis anda, jangan pada hutang anda, maka hutang akan menjadi solusi baik. Hutang itu mulia,” tutup Miming. (LIS)

Profil: Jalan Menuju Pengusaha Gaya Bob Sadino

Jalan Menuju Pengusaha Gaya Bob Sadino

Inilah The Bob Sadino Way dalam menapaki jalan menjadi pengusaha (entrepreneur). Pengusaha yang sukses membesarkan Kemchiks ini mempunyai gaya entreprenuerial yang cukup inspiratif dan nyentrik. Berbicara dalam sebuah seminar yang diadakan STIE Indonesia 28 oktober tahun lalu, Bob Sadino memaparkan pandangan dan berbagai trik keberhasilannya menjadi wirausahawan handal.

Dalam menelusuri jalan entrepreneurialnya, Bob Sadino mengaku tak menggunakan kiat. Baginya kiat adalah hasil keuletannya membangun usaha. ”Saya justru bisa begini karena tidak pakai kiat,” ujarnya. Ia juga menyatakan, persaingan adalah vitamin untuk mencapai kesempurnaan. Berkaca dari pengalaman, ketika ia membangun Kemchiks yang dikenal sebagai produsen sozis berkualitas tinggi. Ada seseorang yang ingin mengetahui bagaimana membuat sozis unggulan ala Kemchiks. Dengan senang hati, Bob mengajarkan tehnik memproduksi sozis yang baik dan berkualitas tinggi. ”Bahkan saya memberikan trik dan dimana alat produksinya didapat,” tuturnya.

Selang beberapa hari, ia didiamkan oleh anak-anaknya. ”Saya heran kenapa mereka mendiamkan saya,” pikir Bob bingung. Akhirnya, ia bertanya kepada mereka, sontak jawaban mereka seragam. Ia disalahkan karena membuka rahasia perusahaan kepada pesaingnya yang akan mematikan pasar sozis Kemchiks. Apa yang ada di benak Bob berlainan dengan mereka. ”Ini semua saya lakukan agar kalian bekerja dan tidak tidur saja, buat produk yang lebih unggul agar tak bisa disaingi begitu saja,” katanya singkat.

Ikatan emosional yang lekat dengan pelanggan adalah satu dari sekian banyak keunggulan Kemchiks yang sulit ditandingi pemain mana pun.
Untuk membangun bisnis yang langgeng, Bob menuturkan, jangan memulai usaha pada bidang-bidang yang sedang tren, karena kecenderungan gagalnya tinggi. ”Pilih yang sedang tidak tren,” katanya. Sebab, bob memberikan tips yang harus dilakukan untuk menjadi pengusaha, agar mampu menjalani proses dengan tepat.

Untuk memulai usaha, Bob mengatakan, harus menjalani pra kondisi. Diantaranya, calon entrepreneur harus bebas berpikir atau memerdekakan dirinya dari berbagai beban atau target yang justru akan melemahkan tekadnya untuk memulai usaha. Selain itu, hilangkan rasa takut. Karena rasa takut berlebihan akan menghambat untuk memulai usaha. Dan jangan berharap langsung untung. ”Baru mulai, tapi mindset-nya ingin langsung untung, lepaskan belenggu jalan pikiran. karena semua itu adalah sampah,” tambah Bob.

Jalan Menuju Pengusaha (Road to Entrepreneur) gaya Bob Sadino tak sampai di situ. Berwirausaha, kata Bob, butuh sandaran-sandaran sikap untuk bertahan. Sandaran itu meliputi kemauan atau tekad untuk mewujudkan ide dari peluang-peluang yang ada. Kemudian pengusaha yang handal, dalam pandangan Bob, juga harus berani mengambil peluang. Keberanian itu berbanding lurus dengan kesigapannya menunggangi berbagai kesempatan yang ada di depan mata.

Terakhir, kata Bob, pengusaha yang berhasil itu tidak cengeng dan tahan banting. ”Gagal sekali, jangan langsung berhenti, tetapi coba dan coba lagi,” katanya. Orang berhasil dalam pandangan Bob, adalah 99 persen kegagalan, namun harus bangkit lagi. Belajar dan bersyukur (thanks) pada sang pencipta juga adalah kunci sukses. (MDH diolah dari Business Opportunity)

Nasional: Inflasi Penyakit Endemik Ekonomi Indonesia

Inflasi Penyakit Endemik Ekonomi Indonesia

Bukan fenomena moneter, demikian penjelasan Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution di Jakarta, awal januari lalu terkait laju inflasi tahunan (year on year) pada bulan Desember 2010. Meski angka inflasi berada di atas laju pertumbuhan ekonomi, namun BI belum merespon inflasi yang mencapai level 6,96%. Kebijakan BI tersebut menuai tanggapan negatif dari pasar, rupiah melorot ke level Rp. 9.144 per dolar AS.

Inflasi merupakan proses meningkatnya harga secara terus menerus. Inflasi juga diartikan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinyu. Inflasi timbul karena ada tekanan dari sisi suplai (cost push inflation), permintaan (demand pull inflation) dan ekspektasi inflasi.

Dalam pembangunan ekonomi, inflasi menjadi parameter pertumbuhan. Apabila inflasi ringan dan berada dibawah laju pertumbuhan ekonomi, inflasi punya pengaruh positif dalam perekonomian, yaitu meningkatkan pendapatan nasional yang membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, jika inflasi tak terkendali (hiperinflasi), kondisi ekonomi menjadi kacau dan lesu. Hiperinflasi bisa mengakibatkan berkurangnya investasi, mendorong kenaikan suku bunga, penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran dan merosotnya kesejahteraan rakyat.

Inflasi di Indonesia bak penyakit endemik yang mengakar dari sejarah perekonomian bangsa. Dibandingkan Malaysia dan Thailand, inflasi di Indonesia cenderung lebih tinggi. Di zaman Orde Lama, kebijakan fiskal dan moneter yang tidak prudent (kalau perlu uang, cetak saja) membuat mata uang rupiah kelebihan penawaran yang berdampak lemahnya nilai tukar rupiah terhadap komoditas mata uang asing. Di zaman Orba pun sama, pemerintah masih kesulitan untuk menekan laju inflasi. Tahun 1997, laju inflasi melaju jauh di atas angka pertumbuhan ekonomi. Kondisi ekonomi yang mengecewakan merambah pada sektor sosial politik, membuat kepercayaan rakyat hilang yang berujung tumbangnya rezim.

Di era reformasi, peran BI lebih dioptimalkan sebagai lembaga moneter negara yang mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Meski demikian, rata-rata inflasi per tahun masih berada di atas level 5%. Di tahun 2005, inflasi berada pada level tertinggi 17,11%. Prestasi apik diukir pemerintah pada tahun 2009, di bawah Menkeu Sri Mulyani, inflasi berada pada level 2,78%. Sinyal bagus bagi Indonesia karena tidak terganggu krisis ekonomi global.

Di tahun 2010, meningkatnya harga pangan akibat gangguan produksi dan distribusi, khususnya beras dan bumbu membuat inflasi melesat tinggi, inflasi berada pada level 6,96% (yoy). Harga cabai yang mencapai Rp. 150.000 /Kg menjadi fenomena tersendiri. Di bulan Januari 2011, inflasi mencapai 0.89% (month to month) dan inflasi tahunan 7,02% (yoy) dari Januari tahun lalu.

Merangkaknya laju inflasi pada bulan Januari lalu disebabkan tingginya harga bahan pangan (volatile food) yang berada pada level 18,25% (yoy). Sementara itu, dari kelompok administired prices menunjukkan inflasi lebih ringan sebesar 5,21% dan inflasi inti pada level 4,18%.

Dibanding laju pertumbuhan ekonomi dan suku bunga BI (BI Rate), laju inflasi itu lebih tinggi dan membahayakan. Meski sempat bertahan pada bulan Januari 2011, BI akhirnya menaikkan BI Rate menjadi 6,75%, naik 25 basis poin dari angka BI rate sebelumnya 6,5%. Angka BI rate 6,5% terbilang berumur cukup lama, angka tersebut bertahan selama 18 bulan. Kenaikan BI Rate membuat rupiah menguat ke posisi Rp. 9.000 per dolar AS dan mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 3.496,17 naik 15,34 poin.

Menaikkan BI Rate adalah langkah antisipatif oleh BI untuk mengendalikan ekspektasi inflasi dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Naiknya BI Rate diharapkan mampu memberi defense terhadap tekanan harga, terutama harga yang berasal dari sisi permintaan agregat. Sebelumnya, inflasi yang berada di atas suku bunga acuan, membuat penabung menjadi rugi, karena penurunan nilai mata uang lebih besar di atas suku bunga perbankan. Naiknya BI Rate diharapkan membuat masyarakat mau menyimpan dana dan menahan sirkulasi uang dalam pembiayaan konsumtif melalui perbankan agar nilai rupiah terangkat naik. (MDH dari berbagai sumber)

Opini: Berwirausaha, Solusi Mengatasi Pengangguran

Berwirausaha, Solusi Mengatasi Pengangguran
Oleh RAJIT HANDY VALIANT
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Yogyakarta, penggiat bisnis butik di Yogyakarta

Laju kemiskinan di Indonesia terus meningkat. “Ukuran pendapatan 1 dollar AS per hari per orang itu untuk kemiskinan absolut,” kata Ketua Institute for Ecosoc Rights Sri Palupi (Kompas, 17/9). Kenyataan itu tak pantas disandang mengingat sumber daya alam negeri yang melimpah. Orientasi mencari kerja bermental buruh, turut memperparah kondisi yang berujung pada keharusan untuk meninggalkan keluarga ke kota-kota besar demi menghidupi keluarga. Sudah habiskah lapangan kerja di daerah?

Benedict T. Casnocha, seorang wirausahawan muda asal Amerika, mulai menciptakan lapangan kerja sendiri sejak berusia 12 tahun. Pria yang kini berusia 22 tahun itu menjadi pembicara kewirausahaan di berbagai universitas dan organisasi di lebih dari 25 negara di dunia. Ben, nama sapaan akrabnya, dalam ceramahnya di Public Discussion on “Youth Entrepreneurship and Small Business”, menjelaskan bahwa wirausahawan belum tentu orang yang sudah memiliki bisnis, tetapi baru berpikir wirausaha (entrepreneurship) saja sudah menjadi wirausahawan. Dan salah satu cara untuk mengubah dunia adalah dengan berwirausaha.

Pernyataan Ben menombak pola pikir masyarakat Indonesia yang sebagian besar berorientasi menjadi buruh atau karyawan. Karena orientasi yang salah kaprah itulah menyebabkan migrasi besar-besaran dari daerah ke kota-kota besar, yang berdampak meledaknya jumlah pengangguran. Daerah yang semestinya bisa dijadikan lahan usaha prospektif akhirnya terbengkalai. Dari sini bisa disimpulkan bahwa tidak ada keterbatasan lapangan pekerjaan di daerah jika bisa menanamkan wirausaha.

Ada dua sisi positif jika wirausaha dijadikan “senjata” sebagai solusi terkait lapangan kerja di daerah. Pertama, wirausaha mencetak seorang yang mandiri sebagai pemberi gaji, bukan penerima gaji, sehingga menjadi pribadi yang tidak bergantung pada orang lain. Pasalnya, ketergantungan akan menjadi petaka tatkala perusahaan tempat bekerja gulung tikar. Misalnya saja ribuan buruh yang terkena PHK lantaran perusahaan tidak mampu lagi membayar gaji.

Kedua, wirausaha menyerap tanaga kerja untuk mengentaskan pengangguran disekitarnya. Jika tenaga kerja yang diserap juga berorientasi wirausaha (entrepreneurhip oriented) dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, penulis bisa membayangkan terbentuknya “pohon” wirausaha yang bercabang beserta ranting-rantingnya yang terus mengalami regenerasi. Dengan demikian, program pengentasan pengangguran dan kemiskinan terlaksana secara otomatis dan akan menghadirkan pemerataan kesejahteraan di daerah.

Berwirausaha tak selalu identik dengan modal besar. Karena wirausaha bisa dimulai dengan bisnis kecil-kecilan (small business). Lantas jika sama sekali tak punya modal? Ada banyak jalan menuju Roma, antara lain dengan pinjaman modal dari institusi yang kredibel atau dengan cara investasi dari orang lain. Demikian kata Ben Casnocha saat menjawab pertanyaan audiens dalam forum diskusi kewirausahaannya.

Negeri ini akan selalu dihantui oleh pengangguran yang kian membludak dan sempitnya lapangan pekerjaan, jika masih berkutat pada semboyan lama,“lulus kuliah mencari kerja”, yang seharusnya lulus kuliah menciptakan lapangan kerja. Tanamkan entrepreneurship!

Opini: Dusta Pemerintah Sengsarakan Rakyat

Dusta Pemerintah Sengsarakan Rakyat?
Oleh MAMDUH
Mahasiswa Perbankan Syariah IAIN Walisongo Semarang

Pemerintah telah menutup lembaran ekonomi tahun 2010 dengan laju pertumbuhan year on year sebesar 6,3%. Pertumbuhan tersebut begitu mengesankan didukung kestabilan nilai rupiah terhadap dollar Amerika Rp 9000 per dollar AS. Tahun 2010 juga diwarnai tingginya nilai Indeks Harga Saham Gabugan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia yang menyentuh level 3.700 an, ini merupakan kinerja pasar modal terbaik di Asia Pasifik sepanjang tahun lalu, sekaligus nilai terbaik yang pernah dicapai Indonesia sepanjang sejarah. Selain itu, pemerintah mengaku pertumbuhan ekonomi juga terjadi pada sektor mikro. Mereka merilis data tentang menurunnya angka kemiskinan dan meningkatnya lapangan kerja.

Sementara itu, para tokoh lintas agama menampik keras pengakuan pemerintah mengenai hal itu. Mereka melontarkan bola panas kepada pemerintahan SBY-Boediono, bahwa pemerintah telah melakukan kebohongan publik kepada ratusan juta masyarakat Indonesia. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi yang diklaim pemerintah belum dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kesenjangan pendapatan dan kesejahteraan, demikian faktanya.

Harga barang kebutuhan pangan yang terus meningkat, mengakibatkan masyarakat kecil sulit memenuhi kebutuhan hidup. Sebut saja beras, cabe, bawang, gula, telur, ikan dan komoditas pangan lainnya, tengah mengalami kenaikan yang menggila.

Pemerintah dinilai lamban dalam mengatasi krisis pangan ini. Data yang dilansir Badan Pusat Stastik (BPS) per akhir januari 2011 menunjukkan harga pangan masih menguat, tercatat inflasi bulanan di kisaran 0,98%.

Sebuah ironi, ketika mendengar kabar terjadi fenomena aksi bunuh diri para individu di muka umum lantaran akibat faktor ekonomi yang kian menjepit. Dan begitu malangnya, enam anak di Jepara harus meregang nyawa akibat keracunan makan tiwul. Apakah ini yang dianggap oleh pemerintah sebagai kemakmuran di negeri surga sumber daya alam ini?